Beranda | Artikel
10 Kunci Meraih Rasa Lapang Dada (Bag. 2)
Sabtu, 27 November 2021

Baca pembahasan sebelumnya 10 Kunci Meraih Rasa Lapang Dada (Bag. 1)

Sebab Pertama: Tauhid, Kunci Utama Lapangnya Dada

Bismillah wal hamdulillah, wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du.

Di antara makhluk-makhluk di langit dan di bumi yang Allah Ta’ala ciptakan, manusia telah dikaruniai begitu banyak keistimewaan. Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tiin: 4)

Al-Baghawi Rahimahullah menyebutkan di dalam tafsirnya,

وذلك أنه خلق كل حيوان منكباً على وجهه إلا الإنسان خلقه مديد القامة، يتناول مأكوله بيده، مزيناً بالعقل والتمييز.

“Dan itu karena Allah Ta’ala menciptakan semua hewan melata dengan postur tubuh yang membungkuk (sehingga karena kondisi tersebut ia tidak bisa melihat jalan dengan baik). Berbeda dengan manusia, dimana Allah menciptakan mereka dengan postur tubuh yang tegap (sehingga ia bisa melihat jalan dengan lebih baik). Dan (manusia) itu memakan makanannya dengan tangannya, lalu Allah telah hiasi manusia dengan akal sehat sehingga bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.”

Dari tafsir ini bisa kita ketahui, bahwa selain postur tubuh dan panca indera yang sempurna, manusia juga diberi akal sehat sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Manusia juga diberi hati untuk menimbang dan mengambil keputusan serta diberi petunjuk sebagai panduan hidup yaitu Al-Qur’an. Oleh karena itu, manusia juga-lah yang Allah Ta’ala berikan tanggungan serta kewajiban di dunia ini, dimana Allah Ta’ala akan meminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak.

Dengan segala keistimewaan tersebut, pernahkah kita bertanya-tanya, mengapa Allah Ta’ala menciptakan kita dengan bentuk dan keadaan yang sebaik-baiknya? Apa sebenarnya tujuan manusia diciptakan?

Baca Juga:Jadikanlah Sabar  dan Shalat Sebagai Penolongmu

Tauhid: Tujuan Utama Diciptakannya Manusia

Mengesakan Allah Ta’ala dan memasrahkan agama ini hanya kepada-Nya merupakan tujuan diciptakannya manusia, dan sudah menjadi kewajiban kita sebagai umat manusia untuk merealisasikan hal ini. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk menyembah-Ku(QS. Az-Zariat: 56).

Sungguh Allah Ta’ala telah menciptakan para makhluk untuk mentauhidkan-Nya dan memasrahkan agama ini hanya kepada-Nya dengan penuh rasa tunduk, taat dan menjalankan perintah-perintah-Nya serta mengesakan Allah di dalam seluruh amal ibadah. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَأَنَّ ٱلْمَسَٰجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا۟ مَعَ ٱللَّهِ أَحَدًا

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu hanyalah untuk Allah. Maka janganlah kamu menyembah apapun di dalamnya selain Allah(QS. Al-Jin: 18).

Qatadah Rahimahullah berkata mengenai ayat ini, “Dahulu kala orang-orang Yahudi dan Nasrani, jika mereka memasuki gereja-gereja dan sinagog-sinagog mereka, mereka menyekutukan Allah. Maka Allah memerintahkan Nabi-Nya agar mentauhidkan (mengesakan Allah) satu-satunya” (Tafsir Ath-Thabari, 12: 271)

Sehingga bisa kita ketahui bersama, bahwa menjadikan seseorang atau sebuah benda sebagai sekutu di dalam menyembah Allah Ta’ala adalah bentuk nyata tasyabbuh (menyerupai orang-orang Yahudi dan Nasrani). Padahal, hal tersebut Allah Ta’ala haramkan dan Allah Ta’ala ancam pelakunya dengan ancaman yang berat. Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ ، حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ

“Sungguh kalian akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai-sampai jika mereka masuk ke dalam lobang biawak gurun tentu kalian akan mengikutinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah Ta’ala juga berfiman,

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena menjalankan agama, dan juga agar melaksanakan sholat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itulah agama yang lurus(QS. Al-Bayyinah: 5).

Bukti lain yang menunjukkan bahwa tauhid adalah tujuan diciptakannya manusia adalah firman Allah Ta’ala,

وَما أَرْسَلْنا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya, “Bahwasanya tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) melainkan Aku, maka sembahlah Aku (QS. Al-Bayyinah: 5).

Mengapa bisa begitu? Ayat ini menjelaskan bahwasannya tauhid adalah poros atau pokok dakwah seluruh Nabi dan Rasul. Sedangkan manusia pertama Nabi Adam Alaihissalam jugalah seorang nabi! Sehingga perintah untuk mengesakan Allah di dalam beribadah sudah ada semenjak diciptakannya manusia pertama kali.

Baca Juga:Belajar Bersabar Bersama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

Kunci Utama Lapangnya Dada

Setelah mengetahui esensi serta urgensi tauhid di dalam kehidupan kita, tentu kita harus mengetahui juga keutamaan-keutamaannya sehingga diri kita ini terus termotivasi untuk meningkatkan kualitas tauhid kita, serta semakin kuat hati kita di dalam menjalankannya.

Saat seorang hamba benar-benar merealisasikan tauhid, menjaganya serta perhatian dengan hak-hak dan kewajibannya, lalu menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan makna tauhid maupun mengurangi kualitasnya; maka ia akan memperoleh kelapangan dada dan ketenangan jiwa yang sempurna serta kebahagiaan di dunia dan akhirat, sesuai dengan kualitas keimanan dan tauhidnya.

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata,

فأعظم أسباب شرح الصدر: التوحيد، وعلى حسب كماله وقوته وزيادته يكون انشراح صدر صاحبه

Sebab terbesar untuk mendapatkan kelapangan dada adalah tauhid. Sebagaimana kesempurnaan serta kekuatan dan besarnya tauhid seorang hamba, maka seperti itulah kelapangan dada yang akan ia peroleh”.

Allah Ta’ala berfirman,

اَفَمَنْ شَرَحَ اللّٰهُ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِ فَهُوَ عَلٰى نُوْرٍ مِّنْ رَّبِّهٖ ۗ

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang hatinya membatu)?” (QS. Az-Zumar: 22).

Allah Ta’ala juga berfirman,

 فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِۚ وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَاۤءِۗ

Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya hidayah, maka Allah akan lapangkan dadanya untuk menerima Islam. Dan barangsiapa yang Allah kehendaki kesesatan baginya, Allah akan jadikan dadanya sempit dan sesak seakan-akan dia sedang mendaki ke langit(QS. Al-An’am: 125).

Syaikh Abdur Razzaaq Hafidzahullah di akhir bab ini menuliskan, “(Kesimpulan yang bisa kita ambil setelah pemaparan ayat-ayat serta hadits-hadits di atas adalah) bahwa tauhid dan hidayah merupakan sebab terbesar untuk mendapatkan kelapangan dada. Sedangkan kesyirikan dan kesesatan merupakan sebab utama yang dapat menyempitkan dada kita. Dan sesungguhnya hati yang berada di dada manusia ini diciptakan hanya untuk mentauhidkan Allah Ta’ala. Sehingga jika keluar dari tujuan penciptaannya, hati ini akan bergoncang, rasa sedih, cemas, dan hal-hal yang dapat mengotorinya pun akan masuk ke dalamnya dan merusaknya, tergantung jauhnya hati ini dari tauhid.”

Baca Juga:

[Bersambung]

*** 

Penulis: Muhammad Idris


Artikel asli: https://muslim.or.id/70494-sepuluh-kunci-meraih-rasa-lapang-dada-bag-2.html